Phnom Penh: Phnom Penh Night Market


Selepas mengikuti tur keliling sungai yang mengitari Phnom Penh kami berjalan sekitar satu kilometer menuju pasar malam. Kurang lengkap mengunjungi suatu kota tanpa pergi ke pasar, karena biasanya dengan mengunjungi pasar kita jadi lebih tahu apa yang dimakan oleh warga lokal. Pasar malam Phnom Penh menurut saya standar tipikal pasar malam di mainland Asean. Terang, dengan suara lagu yang menggelegar, tendanya warna warni dan sampah berserakan karena minim tempat sampah. 


Ternyata yang banyak dijual di phsar (B. Khmer untuk pasar) adalah kuy teav (kwetiaw). Jadi saya coba pesan satu kwetiaw sapi di tempat yang halal ini. Semua gerai di pasar malam tidak punya nama, tapi cuma ada satu gerai mie halal di Phnom Penh Night Market jadi saya rasa tidak akan sulit kalau anda cari. Gerai yang saya kunjungi menjual berbagai macam mie, nasi, bubur dan.... balut... err sudah sampai Filipina pun saya enggan makan balut. Takut, hahaha.


Beginilah tampilan kwetiawnya. Di Kamboja noodle soup berarti mie akan berkuah, jika anda lebih memilih untuk makan yang goreng maka request fried. Secara pengamatan, kwetiaw mereka tidak selebar kwetiaw di Indonesia. Tekstur dan rasanya sih sama saja. Saya suka kwetiawnya punya banyak daging, tapi memang sudah diharapkan sih, semangkok dua USD cukup mahal untuk ukuran kaki lima. Rasanya gurih, enak, sangat terasa mengandalkan MSG alami dari potongan daging.


Kemudian istri saya memesan spring roll di gerai lain. Yang menarik di Kamboja, kalau memesan spring roll atau baguette dagingnya boleh dipilih terlebih dahulu sebelum dibuatkan. Seperti yang diatas adalah spring roll dengan isi daging ayam. Saya pernah makan spring roll vegetarian, isi udang atau daging sapi. Untuk ayam baru pertama kali, tapi enak-enak aja sih, hehehe. Apalagi pas dicocol dengan sausnya, oily pedas dengan kacang.


Terakhir saya membeli rujak lokal. Ada banyak jenis buah yang bisa dipilih begitu juga dengan pilihan cocolannya. Karena bingung saya pilih saja yang jarang keluar di Indonesia. Satu porsi rujaknya 1 USD. Buah dan cocolannya bisa idpilih bebas nanti mereka yang menimbang ukuran porsinya.


Beginilah rujak yang saya beli, ada ceremai, mangga, tamarin dan srikaya. Rujak yang dari pasar buahnya bukan buah hasil kupas langsung melainkan sudah sempat dibuat seperti acar terlebih dahulu. Sehingga buahnya sendiri sudah mengeluarkan rasa asin dan asam. Cocolannya saya minta campur semua rasa, dan rasanya seperti garam pedas dengan terasi. Buat saya rujak Kamboja rasanya sangat kuat. Satu porsi rujak tidak habis dimakan berdua, tidak kuat dengan rasanya dan takut sakit perut karena besoknya masih mau jalan-jalan lagi.

-----

tidak untuk direproduksi tanpa izin
instagram & twitter: @hungerranger



Komentar